More and more heartless
// 30.6.15 / 7:13 AM //
I was feeling blue and I decided to write this one mediocre poem after I stopped by one of Wira Nagara' post, even I'd left a comment said: Aku baper jadinya ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜
Voilá! The next minute I wanted to write something so here it is.
Kadang, kita menatap jauh ke depan dan lupa dimana pijakan kaki
Kadang, semua abu-abu tapi kita mengharapkan hitam dan putih
Kadang, buaian angin membawa deru namun kita ingin sepi
Kadang, kita hanya ingin prediksi sesuatu yang pasti
Ya, melihat kau tersenyum adalah hidup
Bukan karena dia tapi karena aku
Serta beribu alasan, aku ingin berada di dekatmu
Namun sekarang aku jatuh dalam jurang dan jenuh
Karenamu, segalanya
Kutuangi kertas dengan titik-titik abstrak
Namun mereka tidak sempat menyatu dan sirna
Tidak sempat menjadi garis kemudian menjadi gambar
Yang awalnya akan aku anggap sebagai dasar dalam harapan
Yang akan menjadi kerangka untuk mengarungi angan
Namun tetapi,
Aku lelah mendapati langkah ini memikul hati yang lupa membawa kasih
Aku letih mencari arah dan semua upaya terkesan nihil
Alangkah baiknya jika semua dikubur lebih dini
Sehingga harapan tidak perlu menjadi mimpi
Karenamu, segalanya
Rasanya ingin aku berteriak
Karena amarah tidak mampu melepas dahaga yang kau cipta
Sebagaimana aku mencari cara untuk menyembunyikan lara
Dalam kita yang tidak pernah ada
Pada akhirnya,
Aku hanya ingin melihat masa depan
Dalamnya aku berjalan tanpa harus menoleh ke belakang
Meninggalkan kesenangan semu yang ternyata menghantam hati
Terus begitu karena aku ingin kau iri dan mati
Dalam benak dan hati
.
.