.

Hi!
I'm not keen on update my age every year
so please count yourself
I'm 1997 kid, est. from Aug
.
follow Ein
1st. Skoliosis
// 5.7.15 / 5:31 PM //

Apa tuh skoliosis?

Skoliosis singkatnya adalah bentuk tulang belakang yang ngga normal. Umumnya miring, bisa ke kanan atau kekiri, bisa pula bentuk S. Ciri-cirinya yang paling gampang lo harus nunduk 90 derajat (seperti ruku') dan raba aja punggungnya, kalau ada salah satu bagian yang menonjol (selain tulang punggung) berarti lo skoliosis.

.
.

Iya gue pendek banget gara-gara tulang gue yang bengkok. Suka gak suka, this is genetic. Dengan kata lain gue punya bakat dan gue asah (bawa tas berat, duduk miring pas main komputer/baca buku, dan lain-lain). The most bothering thing about scoliosis tuh rasa pegal, gue juga lebih cepat lelah dan ngos-ngosan padahal hanya sebatas jalan padahal jaraknya biasa aja atau naik tangga.

Awal ketauan skoliosis?

Entah gue juga lupa. Pokoknya I noticed it myself, kalo gak salah kelas 7 SMP that means 2009/2010 lalu. Orang tua gue dua-duanya kerja dan gue orangnya ngga begitu terbuka malah deket sama mbak di rumah. So one time I asked her opinion apakah pinggul gue rata atau engga, well she said emang ada yang aneh dan agak gak rata but we both didn't have idea why. Akhirnya gue browsing sendiri dan dapetlah info-info tentang skoliosis.

I was crying all day cause I revealed scoliosis by myself and feeling so desperate. I asked Allah every time I pray kenapa gue harus skoliosis. Karena pada saat itu gue baru tau gak bakal ada yang buat tulang belakang normal atau balik 0 derajat. I haven't tell my parents yet cause I'm really sucks at explaining something, especially in this term which I had to tell them what, why, how and I don't know why every time I tell someone about scoliosis I still wanted to cry.

Gue sering browsing tentang skoliosis dan akhirnya tau bahwa derajat kemiringan sangat mungkin bertambah pada saat pertumbuhan. Gue capek juga diem doang, akhirnya 2012 gue kasih tau ke orang tua kalo tulang belakang gue gak normal.

Tahun 2012

Gue ke RSJ--(oke ini bukan rumah sakit jiwa ya manteman)--Rumah Sakit Jakarta di kawasan Sudirman. Menurut dokternya, skoliosis gue menunjukkan kemiringan 40 derajat terus sama dokternya disaranin beli alat (bukan brace, melainkan alat untuk narik tulang belakang I forgot the name dan latian setiap 15 menit setiap harinya) dan disuruh check up setiap 3 bulan sekali tapi gue gak pernah balik kesana. Entah mungkin I was desperately losing hope jadi sampai 2015 gue ngga ngurusin tulang belakang.

Tahun 2015 (awal)

Gue ke RSAL Mintohardjo, disana gue sama Dr. Eko spesialis orthopedi. Orangnya keliatannya serem tapi suka guyon terus doi alumni ilmu kedokteran Unpad, satu universitas sama bokap, tapi bokap gue jurusan hukum dan terjadilah obrolan panjang kesana kemari........ Ok, akhirnya gue diminta untuk ront gen lagi karena ront gen yang lama udah 3 tahun yang lalu. Dr. Eko membandingkan keduanya, katanya yang 2012 kemiringan skoliosis gue 55 derajat (lho kok beda? Iya emang bingungin. Jadi setiap dokter punya patokan pengukuran derajat beda-beda, jadi hasilnya pun beda) dan 2015 ini turun menjadi 50 derajat. Turun? Ya bangga dong gue (tapi jangka waktunya lama banget 3 tahun, derajatnya turun pun cuma seuprit???). Fyi, gue sama sekali ga menggunakan brace, cuma pakai alat di rumah itu pun jarang banget digunain. Anaknya emang super duper mager. Agak menyesal sama ortu yang udah ngeluarin kurang lebih 3 juta untuk alat tersebut tapi gak gue maksimalin. Tapi emang gak nyaman banget euy, I am so sorry. Oh, ya, lalu sama Dr. Eko gue disaranin pakai brace dan fisioterapi. Tapi, yang gue tau brace untuk skoliosis itu kaku dan keliatan dari luar nggak enak diliat dan bikin risih. Jadi gue.. Yha tau sendiri lah ya gue gimana. Hehehehe.

Tahun 2015 (pertengahan, selesai UN SMA)

Gue ngerasa terlalu egois untuk badan sendiri. Akhirnya setelah browsing gue menemukan BackUp Clinic, letaknya di Central Park Jakarta Barat. Gue minta ke ortu untuk konsultasi ke sana. Akhirnya nyokap gue telepon dan menjadwalkan untuk appointment. Di sana gue konsultasi sama Dr. Lysia orangnya ramah banget I almost fall in jealously how easy she is to keep on smiling. Gue diminta untuk ront gen full spine, dari leher sampai sepertiga paha untuk dilihat lebih detail. And yes.. hasil kemiringannya beda lagi tapi di BackUp Clinic gue dapetin info yang jauh lebih banyak. And to be honest I have no idea how the progression have been doing cause I came to several doctors, they treated me differently and they also have different conclusion too. But one thing I'm sure; derajat kemiringan gue udah besaaaaaaaaaaaaar banget.

Ho oh, derajat sebesar itu didiagnosa seharusnya operasi. Tapi tanda-tanda rawan dan wajib operasi ada lagi misalnya ada syaraf yang terjepit dan menyebabkan aktivitas terganggu. Well gue masih normal belum ada (ya jangan sampai) syaraf yang ngasih respon negatif. Pencernaan dan sirkulasi haid juga diliat, pernapasan dan detak jantung pun dipertimbangkan.

I only have two probability--practically every scolioser in this universe; surgery or non surgery.

Hampir seluruh penderita kelainan skoliosis menjauhi operasi. Sedangkan gue maunya ya langsung operasi aja gitu mungkin lebih praktis. Eh pas tau sebab-akibat sebelum dan pasca operasi.. Ugh, mentalnya menciut. Oh, operasi pun ngga menjamin derajat gue jadi 0 derajat dan gue ngga tau seberapa besar tingkat keberhasilan operasinya.

Nih, ya.. Kalo pilih operasi, gue harus ngejalanin 2 kali. Pertama, yang sekarang-sekarang ini tulang belakang gue dibedah lalu dipasangi besi tapi cuma sebatas penyangga. Yang kedua pas umur 21, gue harus operasi lagi karena pas itu pertumbuhan gue bener-bener selesai jadi tulang belakang gue dibuka lagi dan dipasangi besi yang permanen. Itu aja ga boleh lepas check up berturut-turut dan hal-hal pasca operasi juga nyeremin, banyak ga boleh ngapa-ngapain, iya emang suka ga produktif tapi useless banget coba.. Ku takmau. Terus penyangga tersebut harus dipasang seumur hidup, ngeri dong kalo udah tua. Dan operasi tulang belakang tuh paling sensi, banyak kabel disana, kesenggol dikit gue lumpuh.

Jadi Dr. Lysia menyarankan untuk memakai brace dan mengingatkan bahwa hard brace sudah ngga layak pakai (karena kaku, sifatnya menyangga dan bikin otot lemes) kemudian gue dijelaskan tentang adanya soft brace. Soft brace di sana namanya SpineCor, yang pemakaiannya tidak menggangu aktivitas dan fleksibel tapi harganya yang memang tidak fleksibel. Tapi dibanding operasi, mungkin merogoh kocek sedalam samudra seluas lautan (?) bisa sampai 200 juta ++, kan bikin keselek biji durian duluan. :"))))

So I guess I'm going to choose non-surgery way. I am really patient and enjoying every progress so I shall see.

.
.


«
»